Awalnya saya hanya menarget untuk membaca 12 buku saja tahun ini. Namun alhamdulillah, ternyata udah bisa menyelesaikan 13 buku sampai September ini š. Walau tentu nggak kayak orang-orang yang sampe baca 50an buku. Saya sih nggak sanggup ya. Lebih suka baca nyantai aja. Yang penting istiqomah baca tiap hari. Insyaa Allah.
Buku ke 13 yang saya selesaikan berjudul Ilmu Ikhlas ditulis oleh Izza Rohman dengan jumlah halaman 176 halaman. Beliau adalah seorang dosen disalah satu universitas Islam, tapi sepertinya beliau saat ini masih tinggal di Oz. Xixi. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Qaf pada tahun 2025. Jadi masih baru banget, masih anget kayak roti yang baru keluar dari oven. Heuheu. Bukunya mungil dan tipis, bisa aja selesai sekali duduk. Tapi isinya nampol banget, jadi ga perlu diselesaikan cepat-cepat, biar meresap sampai sumsum tulang. Hoho
Sesuai dengan judulnya, buku ini berbicara tentang ikhlas. Sebuah ilmu yang menjadi pondasi kehidupan, yang nantinya akan memberi dampak pada kehidupan di segala lini. Tapi memang perlu diakui bahwa untuk mempraktikkannya sulit sekali. Karena ini kaitannya dengan jiwa dan hati kita. Tapi kalo dipikir-pikir, tiap hari hati, jiwa dan pikiran kita diuji sama Allah biar kita bisa mencapai titik ikhlas ini. Walau nggak memungkiri peluang untuk menjadi kufur juga bisa terjadi. Pantas saja ada do’a untuk memohon perlindungan dari diri sendiri biar kita nggak ketipu sama pikiran dan perasaan kita sendiri, biar Allah selalu ngasi kita petunjuk jalan yang benar. Allahu a’lam.
Pembahasan perihal ikhlas dalam buku ini cukup komprehensif dengan merujuk 13 kitab klasik dari kalangan ulama dan sufi terkemuka pada zamannya. Dalam buku ini penulis mengingatkan bahwa ikhlas adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Karena sikap ikhlas ini salah satu sikap yang akan menyelamatkan kita baik di dunia maupun akhirat. Ikhlas tidak hanya saat mengalami cobaan, tapi juga ikhlas dalam beribadah ataupun beramal sholeh.
Penulis juga mengingatkan bahwa setiap amalan juga perlu dilandaskan niat. Niat ini yang akan memperlihatkan apakah amalan kita itu sudah ikhlas atau tidak. Apakah kita beramal hanya untuk Allah atau karena hal lainnya?
Ada salah satu kutipan dari kitab karya Syekh Abdul Qodir Jailani yang tertuang dalam buku ini yaitu beramallah demi Allah, bukan demi nikmatNya. Kalimat ini sederhana tapi terasa nampol bin nyucuk di hati. Karena nggak memungkiri ya, pasti kita sering beramal sholeh demi mendapat nikmatNya. Misalkan kita sholat dhuha biar rejekinya ditambahin. Padahal mah mau sholat dhuha atau nggak, kalo takaran rejekinya segitu, ya bakalan tetep dapat segitu. Hoho. Sehingga kita perlu memperbaharui niat kita dalam hal apapun. Karena jika kita niatkan hanya untuk Allah, insyaa Allah kita nggak akan merisaukan urusan dunia. Karena kita sudah berserah pada apapun yang menjadi takdirNya. Perkara dikasi lebih atau terbatas, itu hak prerogratif Allah. Karena Dialah yang mengatur dan memberikan sesuai dengan kesanggupan jiwa kita dalam menerima rejekiNya. Lagipula Allah dalam surah Luqman udah menegaskan bahwa Dia menundukkan bumi dan langit untuk kepentingan manusia dan menyempurnakan nikmatNya untuk manusia, lahir dan batin.
Berserah bukan berarti menyerah. Melainkan nrimo ing pandum pada apa yang sudah Allah tetapkan untuk kita. Karena segala sesuatu yang hanya karena Allah, pasti bikin kita tenang. Mau dikasi nikmat yang banyak atau sedikit, mau dikasi derita, tapi kalau hanya karena Allah, insyaa Allah semua dapat dilalui dengan baik dan hati yang tenang. Bukankah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang? š
Ikhtiar tentu harus tetap dilakukan, hanya saja jangan menjadikan dunia sebagai tujuan. Melainkan hanya Allah yang menjadi tujuan. Oleh karenanya, Rasulullah menjelang akhir hayatnya, beliau bilang bahwa beliau nggak takut kalo manusia kembali musyrik. Tapi beliau takut kalau manusia berlomba-lomba mengejar dunia. Kalo dipikir-pikir, terlalu mengejar dunia memang jadinya ngeri banget. Yang dirugikan nggak hanya dirinya sendiri, tapi juga orang lain. Contoh : koruptor. Namanya koruptor melakukan tindakan korupsi pasti karena terlalu obses sama dunia kan? Ya bener jadi dapet dunia, tapi merugikan banyak orang š.
Itulah kenapa ikhlas menjadi penting dalam kehidupan ini. Karena ternyata ikhlas mempengaruhi banyak dalam hidup seseorang. Dengan menjadi ikhlas, membuat kita berserah akan takdir Allah. Kita juga nggak jadi manusia yang egois. Selain itu kita juga nggak sibuk sama dunia, melainkan sibuk menjalankan peran kita sebagai hamba. Walau nggak bisa dipungkiri, bersikap ikhlas itu nggak mudah. Namun semoga Allah membantu kita jadi hamba yang mukhlis. Aammiinn~
So, buku ini recommended banget. Buat jadi pengingat dan rem diri biar bisa menjalani kehidupan dunia ini dengan penuh ikhlas. Insyaa Allah, jadi ikhlas itu nggak bikin rugi dunia dan akhirat kok š.






Bukunya bagus, saat ini ilmu tentang ikhlas memang sangat dibutuhkan ya. Biar tetap waras. Kalimat dunia bukan tujuan, tapi Allah, manis banget. Maknanya dalem juga.
ReplyDeleteBetul sekali, mbak. Apalagi era medsos gini bikin urusan hati jadi lebih rumit. Xixi. Terima kasih sudah berkunjung ❤️
Delete