Karena sejak pertengahan bulan Juli sampai akhir September 2025 saya hanya membaca buku non fiksi. Udah gitu juga pada rentang waktu itu saya baca Sirah Nabawiyah yang maa syaa Allah tebal benar. Alhasil saya mengalami kebosanan dalam membaca, karena selama 2 bulan itu bacaannya berat-berat. Untungnya di rumah ada stok fiksi ringan bisa menghempas rasa bosan tersebut, yaitu The Wild Robot. Ternyata penting juga ya untuk ganti genre bacaan biar semangat bacanya terjaga.
Sebelumnya The Wild Robot ngetren lantaran filmnya yang kata orang-orang sih bagus. Sempat terpikir untuk nonton tapi nggak segera berangkat, filmnya udah turun layar duluan 😌. Untungnya Noura Kids menerjemahkan buku itu dan pas ada diskon, terbeli juga deh tuh buku. Hahahah
Spesifikasi
Judul : The Wild Robot
Penulis : Peter Brown
Penerbit : Noura Kids
Jumlah Halaman : 298 halaman
Bagaimana Kisahnya?
Buku ini bercerita tentang sebuah robot AI bernama Rozzum unit 7134 atau disingkat Roz. Ceritanya ketika Roz beserta ratusan robot lain sedang dalam pelayaran untuk dibawa ke (entah) tujuannya (kemana) dengan kapal kargo. Kapal yang membawa ratusan robot tersebut terkena badai dahsyat di tengah samudera. Alhasil kapalnya tenggelam dan beberapa peti robot terapung dan terombang-ambing di tengah samudera. Sedangkan yang lainnya tenggelam bersama kapal tersebut.
Akibat dahsyatnya badai itu, ada banyak peti berisi robot yang terhempas hingga tebing dekat samudera. Hal ini mengakibatkan seluruh robot dalam peti hancur, kecuali 1 peti yang berisi Roz.
Ada sekeluarga berang-berang melihat-lihat jasad robot-robot yang sudah hancur itu. Lalu mereka menemukan ada 1 peti yang masih tampak bagus dan di dalamnya ada robot yang masih utuh. Kemudian salah satunya iseng pencet tombol aktivasi si robot. Terus si robot itu terbangun seperti anak ayam yang baru menetas dari telur.
Pada awalnya Roz terdampar di bawah tebing, yang kemudian dia mencoba untuk memanjat tebing agar tidak terkena air laut. Setelah mencapai puncak tebing, dia berjalan-jalan menyusuri hutan yang terasa asing baginya. Karena Roz adalah sebuah robot, hewan-hewan di hutan mengira dia adalah monster. Sebagian besar hewan-hewan itu mengira dia adalah monster jahat. Sampai pada suatu hari Roz mengalami kecelakaan yang menyebabkan induk angsa mati akibat tertimpa oleh Roz. Namun ada 1 telur angsa yang masih utuh yang kemudian dibawa oleh Roz.
Suatu hari telur angsa itu menetas dan si angsa memanggilnya dengan sebutan mama. Awalnya Roz menolak karena bagaimanapun dia bukanlah induk dari si angsa. Tapi si angsa tetap memanggilnya mama. Pada awalnya Roz kebingungan bagaimana dia harus merawat angsa itu. Karena dia tidak diprogram untuk itu. Lalu dia bertemu dengan seekor induk angsa dan Roz banyak bertanya tentang apa yang harus dia lakukan terhadap bayi angsa itu.
Semakin hari Roz semakin bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dia juga semakin pandai untuk bisa berbahasa hewan, bagaimana harus hidup dalam hutan, dan bagaimana harus beradaptasi dengan lingkungannya. Tentu hari-hari yang dijalani oleh Roz di dalam hutan tidak selalu mulus. Apalagi dia juga harus mengasuh seekor anak angsa. Namun untungnya dia selalu bertemu dengan hewan-hewan baik yang mau berbicara dengannya dan menunjukkan hal-hal baik pada Roz. Hingga akhirnya, hewan-hewan yang dulunya menganggap Roz sebagai monster, jadi bersikap lebih ramah pada Roz.
Apa yang Menarik?
Bagi saya, kisah Roz yang terdampar di hutan belantara sangat menarik. Ceritanya amat sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tidak hanya oleh orang dewasa, tapi juga oleh anak-anak. Ya, karena buku ini memang ditujukan untuk anak-anak sih. Makanya cerita tiap bab nya pendek-pendek. Walau ada beberapa bab yang cukup panjang. Meski cerita ini sederhana, ditulisnya selama 6 tahun lho. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah novel. Tapi saya rasa penulisnya berpikir cukup dalam untuk bisa menghasilkan karya ini. Nggak heran kenapa buku dan filmnya cukup laris dan sangat disukai oleh anak-anak dan orang dewasa.
Pas udah sampai di pertengahan buku, membuat saya bertanya-tanya tentang robot AI. Karena saya nggak pernah nyari-nyari tau tentang robot AI, lalu saya bertanya dalam hati, apa emang iya ada robot yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya? Awalnya sih saya sangsi ya, secara robot itu kan mekanistik gitu. Diprogram sesuai dengan tujuannya. Apalagi robot kan nggak punya perasaan, ruh, apalagi jiwa. Masak iya sih mereka bisa beradaptasi?!
Lalu saya iseng-iseng nyari tau di Mbah Gugel. Jawaban Mbah Gugel cukup mengejutkan saya bahwa ternyata robot AI memang bisa beradaptasi dengan lingkungannya dan perubahan tugasnya. Walau memang ada keterbatasannya. Tapi tetap saja ini mencengangkan bagi saya, sekaligus agak ngeri-ngeri sedap. Ya ngeri aja gitu rasanya ketika robot jadi lebih pintar dari manusia. Tapi saya mengingat-ingat kata-kata Sheikh Imran Hosein bahwa AI itu hanyalah jasad. Dia nggak punya akal dan ruh seperti manusia. Maka secanggih apapun AI, tetap apa yang diciptakan oleh Allah lebih canggih.
Pada akhir buku, penulis bercerita tentang latar belakang penulisan novel ini. Yang mana si penulis suka sekali dengan dunia robot dan juga kehidupan alam liar. Menurut pengamatan si penulis, kehidupan hewan itu justru lebih robotik ketimbang robot itu sendiri. Hewan, meski mereka hidup secara liar, mereka itu kayak udah punya program sendiri gitu dalam dirinya. Mereka kayak udah tau apa yang harus dilakukan ketika hari sudah gelap. Lalu bagaimana jika terjadi badai dan segala macamnya. Menurut penulis, hewan-hewan itu seperti sudah punya program dalam otaknya. Ya, wajar aja sih penulisnya memiliki pendapat seperti itu. Karena beliau melihatnya secara jasadiyah saja. Beliau tidak mengerti tentang sunnatullah. Tapi dia udah bisa peka gitu aja udah bagus kok. Hoho
Dengan latar belakang pengamatan terhadap alam liar dan juga kesukaannya dengan dunia robot, lahirlah The Wild Robot. Kisah tentang sebuah robot yang hidup di alam liar.
Walau novel ini adalah novel untuk anak-anak, justru ceritanya tuh sangat relate bagi ibu-ibu seperti saya. Karena dalam novel ini kan bercerita tentang Roz yang akhirnya mengasuh seekor anak angsa. Dari dia masih berupa telur, lalu lama kelamaan tumbuh menjadi angsa muda. Hubungan diantara mereka terasa sangat hangat dan menyejukkan hati, seperti selayaknya hubungan antara ibu dan anak.
Roz juga mengalami yang namanya ketempelan bocil. Terus antara Roz dan Brightbill (si anak angsa) juga pernah berantem, terus Brightbill ngambek sampe kabur dari rumah. Bentar doang tapi kaburnya. Mereka juga pernah mengalami perpisahan dalam waktu lama karena keadaan. Dan kejadian lainnya yang biasa terjadi dalam hubungan antara ibu dan anak. Tapi part sabarnya Roz ngadepin Brightbill nggak relate buat saya. Soalnya saya gampang ngomel-ngomel dan kesabaran saya lebih tipis dari tisu. Ya wajarlah, kan saya manusia, sedangkan Roz adalah robot yang nggak punya perasaan. Apa saya jadi robot AI aja apa ya biar bisa jadi ibu yang sabar 😆😆😆😆.
Memperhatikan perkembangan karakter pada Roz dari awal hingga akhir cerita membuat saya terkesima. Bagaimana bisa sebuah robot beradaptasi dengan lingkungannya. Udah gitu dia juga bisa memahami bahasa hewan. Dia juga selalu nemu ide untuk bisa bertahan hidup. Udah gitu, meski sempat di deaktivasi, ketika diaktivasi kembali, Roz tidak mengalami kondisi seperti baru pertama kali diaktifkan. Melainkan dia tetap dalam keadaan yang sudah beradaptasi. Menurut saya ini menarik ya. Walau saya pribadi juga masih tetap bertanya-tanya apakah robot yang demikian pintarnya memang beneran ada atau nggak. Heuheu~
Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik?
Ada beberapa paragraf dari novel ini yang saya beri highlight. Salah satunya pada halaman 34 diceritakan tentang Kesepakatan Fajar yang biasa dilakukan oleh para hewan. Jadi Kesepakatan Fajar itu macam perkumpulan hewan-hewan dikala fajar, dimana mereka membuat kesepakatan, memberikan ide dan saran dan hal lainnya saat momen itu. Nah, saat Kesepakatan Fajar, Roz banyak mendapatkan wejangan tentang parenting dari para induk hewan. Salah satu yang menyentuh hati ketika salah satu induk menasehati begini, “Kau tidak akan pernah menjadi ibu yang sempurna, jadi usahakan saja yang terbaik. Yang benar-benar Brightbill butuhkan hanyalah mengetahui bahwa kau mengusahakan yang terbaik.”
Nasihat tersebut sangat menyentuh hati saya sebagai ibu yang suka overthinking. Kadangkala saya menjadi ambisius agar Hening bisa begini dan begitu. Lalu merasa bersalah ketika saya jadi mengomel bahkan marah. Terus jadi nggak berdaya dan merasa takut akan masa depan kalo-kalo antara saya dan Hening mengalami diskoneksi emosional seperti yang saya alami dengan ibu saya. Tapi nasihat itu mengingatkan saya bahwa sebenarnya anak itu nggak butuh ibu yang sempurna. Anak hanya butuh ibu yang berusaha melakukan yang terbaik dan juga berusaha menjadi lebih baik. Ya, walau kenyataannya buat nggak overthinking, apalagi pas anaknya lagi nguji emosi tuh syuliiitt sekali ya. Tapi bismillah, Allah yang memampukan.
Memang nggak bisa dipungkiri ya, sebagai ibu adakalanya kita jadi ambisius, meletakkan ekspektasi pada anak. Kadang kita juga jadi banyak merasa bersalah ke anak karena banyak hal. Lalu merasa jadi ibu paling gagal sedunia dan segala drama motherhood yang wajar terjadi. Tapi lagi-lagi kita perlu ingat, bahwa yang dibutuhkan oleh anak adalah ibu yang bahagia, yang selalu mau untuk belajar dan bertumbuh bersama, serta mau menjadi lebih baik dari hari ke hari. Semangat para ibu-ibu ❤️.
Terus ada juga pas momen Brightbill penasaran dengan jati diri mamanya. Dia penasaran dengan robot-robot lain seperti Roz yang hancur lebur. Dia memaksa Roz untuk menunjukkan padanya jasad-jasad robot di tepi tebing. Awalnya Roz menolak, tapi akhirnya dia luluh juga.
Lalu ada perkataan dari Brighbill yang membuat saya tergelitik sekaligus ingin menangeeeess. Dia bilang, “Mama, sepertinya kamu harus belajar lebih banyak tentang dirimu.” Wkwkwk. Seketika ku cekikikan pas baca nasihat Brightbill itu. Serasa seperti saya yang dinasihati oleh Brightbill dan spontan saya bergumam, “Iya, Brightbill, harusnya aku banyak belajar tentang diriku.” 😆😆😆😆
Sebagai orang yang gampang overthinking, insecure, stres dan frustasi, nasihat itu terasa nampol untuk saya. Ada kalanya saya merasa tidak mengenali diri saya. Kadang saya bingung dengan apa yang terjadi pada saya. Kadang saya nggak bisa memahami perasaan saya sendiri. Sepertinya saya kurang memahami diri saya. Kurang mengenal diri saya. Walau memang konteks yang dibicarakan antara Roz dan Brightbill berbeda dengan konteks yang tantangan yang saya alami saat ini, tetap saja nasihat Brightbill itu terasa menyucuk sekaligus menyadarkan saya.
Ah, tapi kata Dr. Rania, “You don’t need to know yourself first. You don’t need to fix everything before you come closer to Allah.” Yang saya pahami dari pernyataan Dr. Rania tersebut adalah deketin Allah dulu untuk membuat hatimu tenang. Dengan begitu kamu akan memahami dirimu dan jalan untuk mengatasi setiap masalah akan lebih terang. Asalkan mendekat dulu ke Allah, kenali Allah lebih dalam lagi. Alhamdulillah, ada aja mah ya jalan Allah ngasi petunjuk satu demi satu untuk mengatasi setiap tantangan hidup.
Selanjutnya, momen hangat nan menyentuh lainnya adalah ketika Brightbill berbincang pada Roz tentang migrasi kawanan angsa. Brightbill awalnya ragu untuk pergi bermigrasi, karena dia merasa aneh jika jauh dari Roz. Pas momen ini jadi keinget Hening yang katanya nggak bisa jauh dari ibu meski 1 meter aja 😌. Terus Brightbill masih diserang gelisah untuk ikut bermigrasi, karena nggak mau pergi tanpa Roz. Tapi Roz nggak bisa ikutan karena dia nggak bisa terbang. Roz meminta Brightbill untuk ikut bermigrasi karena itu adalah bagian dari nalurinya. Kata Roz, “Naluri membantumu untuk bertahan hidup.” Pernyataan Roz ini jadi pengingat bagi saya untuk meletakkan trust terhadap nalurinya Hening. Kadang sebagai orang tua, kita selalu merasa yang paling tau apa yang terbaik buat anak. Padahal anak juga manusia, meski dia masih kecil, dia juga dianugerahi naluri oleh Allah untuk bisa menjalani kehidupannya di dunia. Kenapa kita nggak berusaha untuk percaya juga kepada pilihannya anak?!
Tentunya ada banyak momen menghangatkan hati dari novel ini. Ya, dibaca aja dah. Biar bisa tau cerita lengkapnya. Xixixi
Mau Kasih Nilai Berapa?
Dari 1 - 10, kuberikan nilai berapa yaaa enaknya? Ku berikan nilai 9 aja. Meski ceritanya bagus dan menyentuh hati, tapi nggak bisa ngasi nilai sempurna. Karena kata guru geografi saya, kesempurnaan hanya milik Allah. Wkwkkwk
Jangan lupa dibaca yaa bukunya. Agar hatimu juga terasa hangat dengan kisah petualangan Roz di hutan belantara ❤️
(Buku ke 15 di tahun 2025)






Post a Comment
Post a Comment