Teman-teman,
bagaimana kabarmu hari ini? Apakah sudah baik-baik saja? Atau masih merasa
nggak karuan karena kondisi negeri yang makin carut-marut? Namun bagaimanapun
kondisimu saat ini, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keberkahanNya
untuk kita semua.
Sebagaimana yang
kita saksikan beberapa hari terakhir ini, demo dimana-mana yang berujung tidak
kondusif. Lalu ada juga peristiwa terlindasnya seorang pengemudi ojek online
saat menyebrang oleh kendaraan polisi. Lalu ada juga aksi pembakaran fasilitas umum bahkan
Gedung DPRD di beberapa kota. Namun kabarnya pembakaran ini dilakukan oleh
oknum, bukan massa aksi. Dan yang terbaru adalah terjadi penjarahan dibeberapa
rumah anggota DPR dan juga salah seorang menteri yang entah dikoordinir oleh
siapa. Namun kabarnya aksi penjarahan ini tidak termasuk dalam agenda aksi
massa, sehingga ada kemungkinan dilakukan oleh oknum tertentu.
Peristiwa itu semua terjadi bukan tanpa alasan. Baik
mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat melakukan aksi turun ke jalan untuk
memprotes kebijakan maupun sikap para pejabat yang dirasa nir-empati.
Sebagaimana yang kita lihat dari berita yang tersebar, banyak dari pejabat kita
yang mengeluarkan pernyataan kurang etis bahkan bersikap tidak sepantasnya
seperti berjoget di Gedung DPR, bikin acara DJ saat rapat dan hal nggak etis
lainnya yang bikin masyarakat jadi amat marah dan geram. Wajar saja, dikondisi
ekonomi serba sulit ini, seharusnya para pejabat itu bekerja dengan baik,
menggunakan akal dan hatinya agar tidak salah langkah dan menyakiti perasaan
rakyatnya. Akibat kelakuan pejabat yang demikian, berbagai elemen masyarakat
turun ke jalan untuk melakukan aksi protes.
Semua peristiwa ini tentu membuat kita geram, marah,
bingung, bahkan frustasi. Semua emosi yang hadir dalam kondisi saat ini tentu
sangat wajar. Namun yang paling penting saat ini, agar bagaimana kita juga
berusaha untuk tetap tenang meski rasanya sulit untuk dijalankan. Satu sisi
kita mendukung masyarakat yang melakukan aksi protes, tapi juga tidak
membenarkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh oknum tertentu. Alhasil
kerjaan warga jadi nambah yaitu mengajak seluruh masyarakat untuk tidak
terprovokasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Taubat Berjamaah
Melihat semua yang terjadi di negeri ini, tidak hanya
peristiwa baru-baru ini, namun juga yang lalu-lalu. Sepertinya hal paling
mendasar yang perlu dilakukan baik oleh pejabat maupun masyarakat adalah
bertaubat. Teori bernegara sehebat apapun itu bentuk usulan atau apalah
namanya, jika tidak disertai dengan taubat yang sebenar-benarnya taubat, semua
akan percuma. Karena permasalahan ini letaknya pada jiwa manusia.
Saya jadi teringat dengan kajian yang saya ikuti
tentang surah Asy-Syams yang mana pada ayat 7-8 Allah memberitahukan bahwa Dia
mengilhamkan jalan kefasikan dan ketakwaan pada jiwa manusia. Lalu pada ayat
berikutnya Allah mengabarkan bahwa orang yang menyucikan jiwanya adalah orang
yang beruntung. Sedangkan orang yang mengotorinya adalah orang yang merugi.
Menurut Ustadzah Fadillah, sifat fasik disebutkan terlebih dahulu pada surah
Asy-Syams setelah itu sifat takwa yang disebutkan kemudian. Hal ini menunjukkan
kecenderungan jiwa manusia lebih condong pada kefasikan daripada ketakwaan.
Namun bukan berarti kefasikan ini tidak bisa dilawan. Tentu bisa karena Allah telah
mengarunikan manusia dengan ruh dan akal yang dapat membantunya untuk bertakwa.
Bagaimana sih kok bisa menduga bahwa permasalahan
mendasar di negeri ini letaknya pada jiwa manusianya?
Kita bisa lihat ya, bagaimana para pejabat kita
berucap maupun bersikap yang tidak etis. Hal ini terjadi pasti karena jiwanya
yang keruh. Kalau jiwanya bersih, pikirannya juga pasti bersih, yang kemudian
akan mempengaruhi ucapan dan tindakannya. Tapi apa yang mereka lakukan?
Korupsi, berucap yang tidak etis dan juga bertindak tidak bijak. Apa mungkin
dengan yang demikian jiwanya bisa dikatakan bersih? Tentu tidak.
Selain itu, masyarakatnya juga perlu melakukan
pertaubatan. Karena pemimpin dan para wakil rakyat itu terpilih karena andilnya
kita. Dan nggak mungkin banget diantara mereka tidak menggunakan praktik suap
pada masa kampanye seperti bagi-bagi sembako, uang bahkan memberikan bantuan
seperti perbaikan jalan RT dan segala macamnya dengan balasan si pemberi harus
dipilih saat pemilu. Tentu tindakan seperti ini tidak bisa dibenarkan.
Jikalaupun ada yang bilang, ambil sumbangannya, tapi jangan dipilih saat pemilu
tiba. Tetap tindakan ini nggak bisa dibenarkan. Karena bantuan yang diterima,
apalagi sampai dikonsumsi, jelas akan mempengaruhi jiwa kita. Karena hukum dari
menerima suap adalah haram. Sedangkan harta haram dapat mengotori jiwa kita.
Oleh karenanya baik para pejabat maupun masyarakat
memang sebaiknya sama-sama bertaubat dan juga merenung dalam keheningan. Agar
kita bisa melihat situasi saat ini dengan pikiran dan hati yang lebih jernih.
Harapannya agar para pejabat kita juga dapat lebih bijak dan amanah dalam
menjalankan peran kepemimpinan mereka. Begitupun masyarakat, juga dapat
menjalankan perannya sebagai rakyat dengan baik. Serta bisa menjadi rem bagi
para pejabat yang ingin melakukan tindakan suap atau money politic atau apapun namanya saat menjelang pemilu. Serta
menjadi pemantau jika ada pejabat yang bertindak KKN.
Jika ada yang beranggapan ajakan ini kok bawa-bawa
agama, padahal ini urusan negara. Saya ingin mengingatkan dengan ucapan Cak Nun
pada salah satu sesi Maiyah. Beliau bilang bahwa urusan buang air saja itu
urusan agama. Yang mana agama mengatur bagaimana baiknya kita buang air, dimana
dan bagaimana membersihkannya, itu ada unsur agama. Bahkan bagaimana mekanisme
terjadinya mulai kotoran itu masih ada dalam tubuh manusia sampai keluarnya,
itu ada unsur agama. Apalagi urusan bernegara. Sudah pasti agama juga
memberikan aturan agar semuanya dapat berjalan dengan baik, adil dan bijaksana
sehingga tercipta kemakmuran dan turunnya ridho Allah berupa keberkahan.
Jadi jangan sekali-kali memisahkan urusan agama dengan
negara, karena bisa jadi sikap sekuler macam gini yang bikin negara kita
menjadi sulit makmurnya.
Mengurangi Kesenangan dan Bermewah-mewahan
Saya tuh curiga ya, dengan tingginya gaji dan
tunjangan yang didapatkan oleh para pejabat menyebabkan mereka jadi lalai dalam
menjalankan amanah konstitusi. Sehingga saya jadi kepikiran, seharusnya para
pejabat itu digajinya jangan sampai ratusan juta. Gaji dan tunjangan maksimal
30 juta saja untuk pejabat pusat, sedangkan di daerah maksimal 20 juta. Udah gitu
mereka jangan difasilitasi rumah, mobil dan fasilitas lainnya. Perkara yang beginian,
biar mereka pikir sendiri. Boleh saja ada mobil dinas, tapi hanya digunakan
saat kebutuhan dinas. Jadi mobilnya disimpan di kantor, tidak dibawa pulang. Hal
ini berlaku juga sampai ke jabatan terkecil di daerah-daerah. Terus kalau ada
perjalanan ke luar kota atau daerah, nggak usah dikasi hotel yang mewah-mewah. Hotel
sederhana aja. Nggak usah kasi sangu banyak-banyak. Cukup buat makan dan
transportasi selama dinas. Hahaha
Ya, gimana ya? Mereka tuh dikasi gaji banyak banget
sampai ratusan juta, bukannya kerja yang bener malah makin rakus dan jadi
maling. Itulah kenapa Allah mengingatkan pada surah At-Takasur bahwa bermegah-megahan
telah melalaikanmu. Terbukti kan ya, dengan diberikannya gaji banyak banget
dengan segala bentuk fasilitas yang nggak main-main, malah bikin mereka jadi
beringas. Nggak cuma pejabat di pusat, ya sampai di daerah juga begitu. Itulah kenapa
jadi pejabat itu harus sederhana, tawadhu’ dan wara’. Karena jika terlalu dimanja
dan terlalu difasilitasi, pada akhirnya jadi ngelunjak.
Bermewah-mewahan justru membuat jiwa manusia jadi makin
fasik. Apalagi jiwa memiliki kecondongan untuk selalu memuaskan hawa nafsu. Itulah
kenapa kita perlu sama-sama taubat dan tentu tazkiyatun nafs. Agar kita bisa menjalankan
peran hidup kita dengan amanah, adil dan bijaksana. Perkara ini banyak kok
dibahas oleh ulama tasawuf. Baca aja!
Membenahi Negara Dari Rumah
Selain melakukan taubat berjamaah, sudah semestinya
kita juga mulai melakukan pembenahan. Terutama pada diri sendiri dan keluarga. Jika
ada aroma-aroma money politic, lebih
baik ditolak mentah-mentah. Karena pejabat yang korup, terlahir dari rakyat
yang mau menerima suap. Sesulit apapun hidup, kita usahakan untuk tidak
menerima bantuan dari para pejabat. Apalagi jika ada persyaratan mereka harus
dipilih saat pemilu. Saya teringat cerita Ustadz Salim yang ngumpulin sumbangan
untuk biro sosial Hmas di Gza. Karena melihat kondisi hidupnya yang nelangsa. Tapi
sama si biro sosial, sumbangan itu ditolak mentah-mentah. Karena menurutnya
menerima sumbangan semacam itu akan melemahkan keimanannya. Maka sumbangan itu dia
tolak. Semoga kita bisa meneladani keteguhan beliau.
Selain itu juga sikap jujur, saling menghormati,
berkomunikasi dengan baik, dan hal baik lainnya ya di mulai dari rumah. Kadang kita
akan bertanya-tanya bagaimana dengan orang-orang yang kurang pendidikannya dan
segala macamnya. Padahal perbuatan baik itu tidak dinilai dari pendidikannya,
tapi manusia itu terlahir fitrah, maka jika ia hidup dengan menggunakan akal dan
hatinya, insyaa Allah dia bisa bersikap baik. Walau tentu tetap harus ditunjang
dengan pengetahuan, namun pengetahuan bisa didapat darimana pun. Tapi minimal
kita mulai dari yang sadar aja deh. Orang yang hidup dalam kesadaran, insyaa
Allah akan berusaha menjadi pribadi dan teladan yang baik bagi keluarganya.
Udah ah renungan ngalor ngidul ini. Karena otakku
sudah mulai penat. Wkwkwk
Semoga kita selalu dalam lindunganNya ya, teman-teman.
Post a Comment
Post a Comment