Tags

Merenungi Indonesia

 

Teman-teman, bagaimana kabarmu hari ini? Apakah sudah baik-baik saja? Atau masih merasa nggak karuan karena kondisi negeri yang makin carut-marut? Namun bagaimanapun kondisimu saat ini, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keberkahanNya untuk kita semua.

Sebagaimana yang kita saksikan beberapa hari terakhir ini, demo dimana-mana yang berujung tidak kondusif. Lalu ada juga peristiwa terlindasnya seorang pengemudi ojek online saat menyebrang oleh kendaraan polisi. Lalu ada juga aksi pembakaran fasilitas umum bahkan Gedung DPRD di beberapa kota. Namun kabarnya pembakaran ini dilakukan oleh oknum, bukan massa aksi. Dan yang terbaru adalah terjadi penjarahan dibeberapa rumah anggota DPR dan juga salah seorang menteri yang entah dikoordinir oleh siapa. Namun kabarnya aksi penjarahan ini tidak termasuk dalam agenda aksi massa, sehingga ada kemungkinan dilakukan oleh oknum tertentu.

Peristiwa itu semua terjadi bukan tanpa alasan. Baik mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat melakukan aksi turun ke jalan untuk memprotes kebijakan maupun sikap para pejabat yang dirasa nir-empati. Sebagaimana yang kita lihat dari berita yang tersebar, banyak dari pejabat kita yang mengeluarkan pernyataan kurang etis bahkan bersikap tidak sepantasnya seperti berjoget di Gedung DPR, bikin acara DJ saat rapat dan hal nggak etis lainnya yang bikin masyarakat jadi amat marah dan geram. Wajar saja, dikondisi ekonomi serba sulit ini, seharusnya para pejabat itu bekerja dengan baik, menggunakan akal dan hatinya agar tidak salah langkah dan menyakiti perasaan rakyatnya. Akibat kelakuan pejabat yang demikian, berbagai elemen masyarakat turun ke jalan untuk melakukan aksi protes.

Semua peristiwa ini tentu membuat kita geram, marah, bingung, bahkan frustasi. Semua emosi yang hadir dalam kondisi saat ini tentu sangat wajar. Namun yang paling penting saat ini, agar bagaimana kita juga berusaha untuk tetap tenang meski rasanya sulit untuk dijalankan. Satu sisi kita mendukung masyarakat yang melakukan aksi protes, tapi juga tidak membenarkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh oknum tertentu. Alhasil kerjaan warga jadi nambah yaitu mengajak seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Taubat Berjamaah

Melihat semua yang terjadi di negeri ini, tidak hanya peristiwa baru-baru ini, namun juga yang lalu-lalu. Sepertinya hal paling mendasar yang perlu dilakukan baik oleh pejabat maupun masyarakat adalah bertaubat. Teori bernegara sehebat apapun itu bentuk usulan atau apalah namanya, jika tidak disertai dengan taubat yang sebenar-benarnya taubat, semua akan percuma. Karena permasalahan ini letaknya pada jiwa manusia.

Saya jadi teringat dengan kajian yang saya ikuti tentang surah Asy-Syams yang mana pada ayat 7-8 Allah memberitahukan bahwa Dia mengilhamkan jalan kefasikan dan ketakwaan pada jiwa manusia. Lalu pada ayat berikutnya Allah mengabarkan bahwa orang yang menyucikan jiwanya adalah orang yang beruntung. Sedangkan orang yang mengotorinya adalah orang yang merugi. Menurut Ustadzah Fadillah, sifat fasik disebutkan terlebih dahulu pada surah Asy-Syams setelah itu sifat takwa yang disebutkan kemudian. Hal ini menunjukkan kecenderungan jiwa manusia lebih condong pada kefasikan daripada ketakwaan. Namun bukan berarti kefasikan ini tidak bisa dilawan. Tentu bisa karena Allah telah mengarunikan manusia dengan ruh dan akal yang dapat membantunya untuk bertakwa.

Bagaimana sih kok bisa menduga bahwa permasalahan mendasar di negeri ini letaknya pada jiwa manusianya?

Kita bisa lihat ya, bagaimana para pejabat kita berucap maupun bersikap yang tidak etis. Hal ini terjadi pasti karena jiwanya yang keruh. Kalau jiwanya bersih, pikirannya juga pasti bersih, yang kemudian akan mempengaruhi ucapan dan tindakannya. Tapi apa yang mereka lakukan? Korupsi, berucap yang tidak etis dan juga bertindak tidak bijak. Apa mungkin dengan yang demikian jiwanya bisa dikatakan bersih? Tentu tidak.

Selain itu, masyarakatnya juga perlu melakukan pertaubatan. Karena pemimpin dan para wakil rakyat itu terpilih karena andilnya kita. Dan nggak mungkin banget diantara mereka tidak menggunakan praktik suap pada masa kampanye seperti bagi-bagi sembako, uang bahkan memberikan bantuan seperti perbaikan jalan RT dan segala macamnya dengan balasan si pemberi harus dipilih saat pemilu. Tentu tindakan seperti ini tidak bisa dibenarkan. Jikalaupun ada yang bilang, ambil sumbangannya, tapi jangan dipilih saat pemilu tiba. Tetap tindakan ini nggak bisa dibenarkan. Karena bantuan yang diterima, apalagi sampai dikonsumsi, jelas akan mempengaruhi jiwa kita. Karena hukum dari menerima suap adalah haram. Sedangkan harta haram dapat mengotori jiwa kita.

Oleh karenanya baik para pejabat maupun masyarakat memang sebaiknya sama-sama bertaubat dan juga merenung dalam keheningan. Agar kita bisa melihat situasi saat ini dengan pikiran dan hati yang lebih jernih. Harapannya agar para pejabat kita juga dapat lebih bijak dan amanah dalam menjalankan peran kepemimpinan mereka. Begitupun masyarakat, juga dapat menjalankan perannya sebagai rakyat dengan baik. Serta bisa menjadi rem bagi para pejabat yang ingin melakukan tindakan suap atau money politic atau apapun namanya saat menjelang pemilu. Serta menjadi pemantau jika ada pejabat yang bertindak KKN.

Jika ada yang beranggapan ajakan ini kok bawa-bawa agama, padahal ini urusan negara. Saya ingin mengingatkan dengan ucapan Cak Nun pada salah satu sesi Maiyah. Beliau bilang bahwa urusan buang air saja itu urusan agama. Yang mana agama mengatur bagaimana baiknya kita buang air, dimana dan bagaimana membersihkannya, itu ada unsur agama. Bahkan bagaimana mekanisme terjadinya mulai kotoran itu masih ada dalam tubuh manusia sampai keluarnya, itu ada unsur agama. Apalagi urusan bernegara. Sudah pasti agama juga memberikan aturan agar semuanya dapat berjalan dengan baik, adil dan bijaksana sehingga tercipta kemakmuran dan turunnya ridho Allah berupa keberkahan.

Jadi jangan sekali-kali memisahkan urusan agama dengan negara, karena bisa jadi sikap sekuler macam gini yang bikin negara kita menjadi sulit makmurnya.

Mengurangi Kesenangan dan Bermewah-mewahan

Saya tuh curiga ya, dengan tingginya gaji dan tunjangan yang didapatkan oleh para pejabat menyebabkan mereka jadi lalai dalam menjalankan amanah konstitusi. Sehingga saya jadi kepikiran, seharusnya para pejabat itu digajinya jangan sampai ratusan juta. Gaji dan tunjangan maksimal 30 juta saja untuk pejabat pusat, sedangkan di daerah maksimal 20 juta. Udah gitu mereka jangan difasilitasi rumah, mobil dan fasilitas lainnya. Perkara yang beginian, biar mereka pikir sendiri. Boleh saja ada mobil dinas, tapi hanya digunakan saat kebutuhan dinas. Jadi mobilnya disimpan di kantor, tidak dibawa pulang. Hal ini berlaku juga sampai ke jabatan terkecil di daerah-daerah. Terus kalau ada perjalanan ke luar kota atau daerah, nggak usah dikasi hotel yang mewah-mewah. Hotel sederhana aja. Nggak usah kasi sangu banyak-banyak. Cukup buat makan dan transportasi selama dinas. Hahaha

Ya, gimana ya? Mereka tuh dikasi gaji banyak banget sampai ratusan juta, bukannya kerja yang bener malah makin rakus dan jadi maling. Itulah kenapa Allah mengingatkan pada surah At-Takasur bahwa bermegah-megahan telah melalaikanmu. Terbukti kan ya, dengan diberikannya gaji banyak banget dengan segala bentuk fasilitas yang nggak main-main, malah bikin mereka jadi beringas. Nggak cuma pejabat di pusat, ya sampai di daerah juga begitu. Itulah kenapa jadi pejabat itu harus sederhana, tawadhu’ dan wara’. Karena jika terlalu dimanja dan terlalu difasilitasi, pada akhirnya jadi ngelunjak.

Bermewah-mewahan justru membuat jiwa manusia jadi makin fasik. Apalagi jiwa memiliki kecondongan untuk selalu memuaskan hawa nafsu. Itulah kenapa kita perlu sama-sama taubat dan tentu tazkiyatun nafs. Agar kita bisa menjalankan peran hidup kita dengan amanah, adil dan bijaksana. Perkara ini banyak kok dibahas oleh ulama tasawuf. Baca aja!

Membenahi Negara Dari Rumah

Selain melakukan taubat berjamaah, sudah semestinya kita juga mulai melakukan pembenahan. Terutama pada diri sendiri dan keluarga. Jika ada aroma-aroma money politic, lebih baik ditolak mentah-mentah. Karena pejabat yang korup, terlahir dari rakyat yang mau menerima suap. Sesulit apapun hidup, kita usahakan untuk tidak menerima bantuan dari para pejabat. Apalagi jika ada persyaratan mereka harus dipilih saat pemilu. Saya teringat cerita Ustadz Salim yang ngumpulin sumbangan untuk biro sosial Hmas di Gza. Karena melihat kondisi hidupnya yang nelangsa. Tapi sama si biro sosial, sumbangan itu ditolak mentah-mentah. Karena menurutnya menerima sumbangan semacam itu akan melemahkan keimanannya. Maka sumbangan itu dia tolak. Semoga kita bisa meneladani keteguhan beliau.

Selain itu juga sikap jujur, saling menghormati, berkomunikasi dengan baik, dan hal baik lainnya ya di mulai dari rumah. Kadang kita akan bertanya-tanya bagaimana dengan orang-orang yang kurang pendidikannya dan segala macamnya. Padahal perbuatan baik itu tidak dinilai dari pendidikannya, tapi manusia itu terlahir fitrah, maka jika ia hidup dengan menggunakan akal dan hatinya, insyaa Allah dia bisa bersikap baik. Walau tentu tetap harus ditunjang dengan pengetahuan, namun pengetahuan bisa didapat darimana pun. Tapi minimal kita mulai dari yang sadar aja deh. Orang yang hidup dalam kesadaran, insyaa Allah akan berusaha menjadi pribadi dan teladan yang baik bagi keluarganya.

Udah ah renungan ngalor ngidul ini. Karena otakku sudah mulai penat. Wkwkwk

Semoga kita selalu dalam lindunganNya ya, teman-teman.

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment